Style, Context and Register
source: http://madeaiu-winda.blogspot.co.id/2011/04/style-context-and-register.html
A. Style
Style dapat didefinisikan sebagai perbedaan varian atau bentuk – bentuk
bahasa yang digunakan bagi maksud yang sama berdasarkan situasi
tertentu. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi
sosial yang dilakukan oleh masyarakat / kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen. Namun
Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan
pemakaian (register).
Contoh: Saat berbicara dengan teman sebaya dalam kehidupan sehari – hari, gaya
bicara yang digunakan lebih santai dan cenderung tidak formal, misalnya: “Hey… soal ini gimana caranya?”
Tetapi jika berbicara kepada dosen, gaya bicara yang digunakan pasti
lebih formal dan teratur, misalnya: “Maaf Pak, bagaimanakah cara
menyelesaikan soal ini?”
1. Listener menentukan style (Addressee as an influence on Style)
Siapa penerima pesan, listener atau orang yang kita ajak berbicara.
Biasanya dilihat dari keakraban pada listener, latar belakang,
intensitas bertemu speaker kepada listener yang menentukan gaya atau
variasi bahasa yang kita gunakan. Jika sudah akrab atau mengenali lebih
dekat, maka gaya bahasa yang digunakan cenderung lebih santai.
Sebaliknya, saat kita berbicara kepada orang yang belum terlalu dikenal,
maka gaya bahasa yang kita pakai akan lebih teratur.
Contoh: Bahasa yang dipakai saat berbicara dengan kakak dirumah, misalnya: “Kak,
handphone adik dimana?”
Bahasa yang dipakai saat berbicara dengan orang lain: “Maaf bu, syarat
menjadi anggota perpustakaan apa saja kalau boleh saya tau?”
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita
bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi
bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a.) Umur dari penerima pesan / listener (Age of Addressee)
Gaya bahasa yang kita gunakan saat berbicara kepada anak kecil dan orang
dewasa pastilah berbeda. Saat berbicara kepada anak kecil, gaya bahasa
dan susunan gramatikal yang dipakai cenderung lebih mudah dipahami,
susunan grammatikal yang dipakai pun lebih sederhana. Sebaliknya, saat
berbicara kepada orang dewasa, maka kalimat dan susunan gramatikal yang
dipakai akan lebih kompleks.
Contoh: Bahasa yang dipakai saat menghadapi anak berumur 5 tahun: “Adik maem
dulu ya….”
Bahasa yang dipakai pada orang dewasa: “Ayah, setelah makan jangan lupa obatnya diminum…”
b.) Status Sosial dari listener (Social Background of Addressee)
Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
Misalnya, gaya bahasa yang kita pakai kepada orang yang biasa berada di
jalanan, berbeda dengan cara kita berbicara dengan orang yang memiliki
pendidikan tinggi.
2. Teori Akomodasi (Accommodation Theory)
Merupakan teori tentang cara – cara untuk menyesuaikan saat
berkomunikasi antara speaker dan listener. Adapun efek, cara dan masalah
dalam melakukan komunikasi, diantaranya:
a.) Speech Convergence
Contoh sebelumnya menunjukkan bahwa ketika orang berbicara satu sama
lain pembicaraan mereka sering menjadi lebih serupa. Dalam kata lain,
saat berkomunikasi, setiap orang menyatu dengan pembicaraan dari orang
yang mereka ajak bicara. Proses ini disebut speech accommodation.
Yang dimaksud dengan speech convergence adalah efek yang ditimbulkan
dimana saat melakukan pembicaraan, listener dapat menangkap pesan yang
disampaikan oleh speaker. Dengan kata lain, speech convergence adalah
kata lain dari komunikasi yang nyambung, tidak missed communication.
Untuk mendapatkan speech convergence, antara speaker dan listener harus memiliki shared knowledge yang sama.
Contoh: Saat P1 (speaker) berbicara kepada P2 (listener) tentang “Megamind”. Jika
P1 atau P2 saja yang memiliki konsep tentang Megamind, maka saat
melakukan permbicaraan tentang Megamind, tidak akan bisa convergence.
b.) Speakers Accommodate
Cara speaker untuk menyesuaikan antara bahasanya dengan kemampuan dengan
siapa listenernya. Sehingga pesan atau makna yang dimaksudkan dapat
diterima oleh listenernya dan tidak terjadi missed communication dalam
pembicaraan. Jadi speaker harus pandai menyesuaikan diri saat
berkomunikasi dengan listenernya.
Misalnya saja di negara – negara yang multilingual, seperti Singapore,
India atau Zaire, dengan variasi bahasa yang dimiliknya, orang disana
memilih suatu bahasa yang nyaman untuk dipakai saat berkomunikasi dengan
addressee nya.
c.) Speech Divergence
Merupakan efek yang ditimbulkan dimana saat melakukan percakapan,
listener tidak bisa menangkap arti, makna atau pesan dari speaker.
Sehingga tidak terjadi komunikasi yang convergence dalam percakapan
tersebut dan menimbulkan missed communication.
Contoh: Ketika speaker membicarakan tentang “Joger”, listener sama sekali tidak
mengetahui apa itu jogger, dengan keadaan demikian maka komunikasi mereka divergence.
d.) Accommodation Problems
Ada beberapa contoh masalah dalam berkomunikasi, diantaranya missed
communication. Keadaan dimana pesan dari speaker tidak dapat ditangkap
oleh listenernya karena tidak memiliki shared knowledge dan konsep yang
sama.
Jika kasus komunikasi yang tidak nyambung terjadi dalam text atau
percakapan lisan, maka listener dapat bertanya kepada speaker, bagaimana
isi pesan yang di sampaikan tersebut. Tetapi jika kasus komunikasi yang
tidak nyambung terjadi dalam text tertulis (contohnya saat kita membaca
buku), maka untuk menemukan isi pesan yang dimaksud oleh writer adalah
dengan cara mencari shared knowledge (dengan mencari di internet atau
membaca buku).
B. Context
Context adalah konsep, struktur skematis yang ada di dalam benak,
masing – masing pikiran manusia. Context bisa juga bersumber dari
kejadian sebelumnya dan dibentuk secara phsychological tiap individu.
(H.G. Widdowson : 19)
Contoh: Saat speaker berbicara tentang “Touring”, dan listenernya juga menanggapi
pembicaraan tersebut dan proses komunikasi mereka berkelanjutan. Keadaan
seperti itu berarti antara speaker dan listener sama – sama memiliki
context tentang “Touring”, sehingga tidak terjadi missed communication.
1. Context, Style and Class
a.) Formal Context and Social Roles
Bentuk ucapan atau panggilan seseorang dalam percakapan yang disesuaikan dengan social roles atau setting tempatnya
Contoh: Budi memiliki ibu yang berprofesi sebagai dosen di Universitasnya. Saat
berada di rumah, Budi memanggilnya dengan sebutan “mama”, tetapi saat di
kampus, Budi memanggilnya dengan sebutan “ibu dosen”. Dengan demikian,
Budi menyesuaikan bahasa sesuai dengan tempat atau social roles nya.
b.) Colloquial Style or The Vernacular
Merupakan gaya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa daerah
(logat). Ada strategi selain manipulasi topik yang telah digunakan untuk
menangkap gaya pidato paling santai atau bahasa daerah rakyat.
Perekaman kelompok orang bukan individu, misalnya, dan memilih
pengaturan yang sangat nyaman atau informal merupakan strategi yang
telah ditemukan untuk pergeseran pidato masyarakat terhadap bahasa
daerah. Kedua meningkatkan jumlah peserta, dan memilih pengaturan yang
sangat santai memberikan kontribusi untuk mendapatkan pidato lebih
santai. Dengan demikian, peserta pidato akan lebih tertarik dan
tersampaikan nya pesan atau makna yang berguna bagi masyarakat (peserta
pidato).
c.) The Interaction of Social Class and Style
Interaksi antara kelas sosial dengan gaya bahasa yang digunakan
seseorang saat berkomunikasi ialah semakin tinggi kelas sosial
seseorang, maka semakin tertata rapi struktur bahasa yang digunakan nya.
Semakin rendah kelas sosial seseorang, maka semakin tidak tertata rapi
struktur bahasa yang digunakan nya, mungkin cenderung lebih kasar.
Misalnya saja bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari – hari oleh
dosen, pasti berbeda dengan orang yang berprofesi sebagai pedagang kaki
lima di jalan. Dosen lebih menggunakan bahasa yang formal daripada
pedagang kaki lima.
d.) Hypercorrection
Merupakan upaya untuk membenarkan suatu bahasa dalam kalimat atau frasa,
tetapi justru mengarah ke hasil yang salah. Hypercorrection disebut
juga sebagai penggunaan beberapa aturan pengucapan atau aturan grammar
yang banyak pengguna bahasa menganggap tidak benar, tetapi bahwa
menggunakan pembicara atau penulis melalui kesalahpahaman aturan ini,
sering dikombinasikan dengan keinginan untuk tampak formal atau
berpendidikan.
Hypercorrection Linguistik terjadi ketika aturan gramatikal atau
phonetical nyata atau dibayangkan diterapkan dalam konteks keliru atau
non-standar, sehingga upaya untuk menjadi "benar" mengarah ke hasil yang
salah: Berhadapan dengan pengecualian cukup untuk aturan, pembicara
mungkin kesalahan pengecualian untuk aturan umum, menerapkannya pada
situasi di mana tidak pernah dimaksudkan untuk terjadi.
Contoh: Between you and I seharusnya Between you and me.
2. Style in Non – Western Societies
Gaya bahasa Non – Western societies, sebagai contoh misalnya bahasa
Jawa. Penggunaan bahasa Jawa, dapat dilihat dari speakernya. Jika
speaker nya memiliki status sosial yang tinggi, maka bahasa Jawa yang
dipakai cenderung lebih halus, atau biasa disebut dengan “Krama Inggil”.
Sebaliknya jika speaker nya memiliki kelas sosial yang rendah, maka
bahasa Jawa yang digunakan nya pun cenderung lebih kasar atau biasa
disebut bahasa “Ngoko”.
Contoh: Bahasa Jawa (Gaya kelas tinggi / Krama Inggil) Menapa nandalem
mundhut sekul semanten?
(Gaya kelas bawah / Ngoko) Kenopo kowe njupuk sega
semono?
C. Register
Merupakan variasi bahasa berdasarkan ‘use’-nya. Register adalah bahasa
yang digunakan pada saat tertentu; dan dietntukan oleh: apa yang anda
kerjakan, dengan siapa dan dengan menggunakan sarana apa. Register
menunjukkan tipe proses sosial yang sedang terjadi.
Register secara sederhana dapat dikatakan sebagai variasi bahasa
berdasarkan penggunaannya, sedangkan dialek sebagai variasi bahasa
berdasarkan penggunanya Di dalam konsep ini register tidak terbatas pada
pilihan kata saja (seperti pengertian register dalam teori tradisional)
tetapi juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks, dan
teksturnya: kohesi dan teksikogramatika, serta pilihan fonologi atau
grafologinya. Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasaan
atau linguistik, maka banyak linguis menyebut register sebagai style
atau gaya bahasa. Variasi pilihan bahasa register tergantung pada
konteks situasi, yang meliputi 3 variabel: field (meda), tenor (pelibat)
dan mode (sarana) yang bekerja secara simultan untuk membentuk
konfigurasi kontekstual atau konfigurasu makna.
Dalam sumber yang kami dapat, penulis tidak menyertakan dari gagasannya
sendiri. Penulis mengambil sumber dari "in the sense that each speaker
has a range of varieties and choices between them at different times"
(Halliday et al., 1964).
Contoh: bahasa terbatas, dan bahasa untuk tujuan khusus. Contoh lainnya, mislanya:
variasi profesi (ilmiah, tehnologis), kelembagaan (doktor-pasien;
guru-murid) dan konteks-konteks lain yang mempunyai struktur dan
strategi tertentu (seperti: dalam diskusi belanja, ngobrol, dll.
D. Kesimpulan
Style, Context dan Register adalah suatu kesinambungan. Jadi, apabila
kita hanya membahas salah satunya, seperti Style saja atau Context saja
misalnya, tedak akan terjadi pemahaman. Dalam bab ini lebih ditekankan
lebih kepada pengguna bahasa dan kepada siapa pengguna bahasa tersebut
menggunakan bahasanya. Maka dengan sendirinya dapat terlihat adanya
style context dan register dalam pembicaraan tersebut. Sebenarnya
pemahaman tentang style context dan register sudah ada secara otomatis
dari dalam diri kita, jadi kita hanya tinggal menyempurnakan penggunaan
dengan baik dengan pembelajaran dari lingkungan dan pendidikan. Variasi
bahasa yang ada merupakan variasi dari keanekaragaman latar belakang
pengguna bahasa. Jadi, orang akan menyerap bahasa orang lain yang
dianggapnya menarik namun masih dalam lingkup pengertiannya.
Daftar Pustaka
Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. London: Longman.
Widdowson, H.G. 2007. Discourse Analysis. Oxford: Oxford University press.
Purnanto, Dwi. 2009. Etnografi Komunikasi dan Register. (online).
(http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id, diakses 15 Desember 2010).
Cadiva, Larasati. 2010. Variasi Bahasa. (online). (http://larasati
cadiva.blogspot.com/2010_04_01_archive.html, diakses 15 Desember 2010).
Disusun oleh : Made Ayu Winda Maharani & S. H. Naval Pradiba - Desember 2010